Ticker

6/recent/ticker-posts

Desak Made Sebut di Bali Banyak Setan, GPS: Itu Namanya Sudah Menghina



 Sebuah video dari Istiqomah TV berisikan kesaksian seorang mualaf Desak Made Darmawati yang ditayangkan di channel Youtube, mendadak viral di media sosial.

Video wanita bergelar doktor yang juga menjabat sebagai Ketua Pusat Kewirausahaan dan Karir Mahasiswa, Uhamka itu, kemudian dibagikan  oleh mantan politisi Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean serta akun Twitter P3nj3l4j4h_id pada Kamis (15/4/2021).

Dalam video tersebut, Desak Made dengan gamblang mengungkap sejumlah dalih mengapa ia kemudian berpindah keyakinan dan memutuskan menjadi seorang Muslim, yang antara lain dikarenakan kebingungan karena ketika masih memeluk agama sebelumnya, disebutkan banyak Tuhan dan ia selalu gemetar panas dingin ketika melihat ritual upacara ngaben. Selain itu, Desak Made juga menyatakan di Bali itu banyak setannya sehingga menjadi gelap.

Menyikapi hal ini, Sekjen Partai Hanura sekaligus pendiri Pasraman Astika Dharma Gede Pasek Suardika dengan lantang bersikap. Dengan nada prihatin, pria yang akrab dipanggil GPS ini lantas mengambil langkah untuk meluruskan beberapa statemen Desak Made Darmawati agar tidak memberikan pemahaman yang keliru.

Dikatakan GPS, soal statemen di Bali bahwa Tuhannya banyak, mestinya Desak Made memahami dulu sejumlah sloka yang menyebutkan tentang Brahman, Atman, Aikyam, yang berarti Brahman atau Atman itu sama/tunggal. Selanjutnya dalam bait kedua Tri Sandya sudah jelas disebutkan bahwa: hanya ada satu Tuhan.

“Ibu Desak Made tidak bisa membedakan antara Tuhan dengan sinar Tuhan dalam konsep religi Hindu. Sinar Tuhan dalam bahasa Sansekerta adalah ‘div’, yang mana diberikan nama sesuai fungsi masing-masing di alam semesta. Seperti, ada Mahadewa, Brahma, Rudra dan lainnya, sesuai konsep kosmologi. Coba di Eropah saja tidak ada yang tahu persis ada nama Tuhan, hanya menyebut God. Di China dan Rusia lain lagi penyebutannya. Tapi konsepnya adalah sama bahwa Tuhan itu satu, yang dalam Hindu adalah Sang Hyang Widhi Wasa,” kata GPS.

Berikutnya, GPS menyinggung ketika kecil ia disungging orang tuanya dan diajak ke alun-alun bola untuk melihat prosesi ngaben. Saat itu, Desak Made merasakan panas dingin gemetar. “Ibu, boleh menyampaikan sesuatu, tapi jangan hiperbola yang tidak masuk di nalar. Karena di alun-alun, belum pernah sekalipun diadakan prosesi ngaben. Karena ngaben itu diadakan di setra atau sema. Jadi tidak mungkin di tempat nonton bola, dilangsungkan ngaben. Jangan-jangan ibu berhalusinasi biar kelihatan hebat berbicara. Kalau ibu tidak berpendidikan bolehlah, tapi ini ibu seorang doktor, yang biasa melakukan cek dan ricek dalam melakukan sesuatu. Jangan sampai kita salah baca kepercayaan orang, untuk menaikkan mutu ibu sendiri,” ucapnya, menegaskan.

Dan mengenai penyebutan, lanjut GPS, kalau Bali dikatakan gelap karena banyak setannya, hal ini juga perlu diluruskan. “Hati-hati itu sudah menghina, dari mana ibu berasal, menghina orang tua ibu, menghina kakek, buyut, dan di mana darah daging ibu berasal dari Bali. Jadi saya ingin jelaskan kosmologi orang Bali agar dipahami semua orang, sehingga Bali hari ini sangat terkenal. Itu bukan karena Bali tempat kumpulnya para setan, itu salah. Hanya orang yang berpikiran kotor, gelap dan takut bayangan hitam yang mengikuti dirinya yang mengatakan Bali itu pulau setan. Seluruh dunia itu, saya sudah mengunjungi 30 negara, ketika disebut saya perwakilan parlemen dari Bali, semua antusias ingin ngobrol lebih jauh, itu menunjukkan betapa mashyurnya Bali. Bali itu tidak gelap, Bali itu gemerlap. Cahaya disinari seluruh dunia tahu, sehingga semua orang merasa aman, nyaman dan senang berada di Bali. Jangan salah memahami soal setan. Dalam sistem religi Hindu di Bali, ada perbedaaan orang Bali memandang seluruh alam semesta sebagai ciptaan Tuhan yang harus dijaga harnomisnya. Itulah konsep Tri Hita Karana. Orang Bali didoktrin sejak di kandungan untuk harmonis dengan semuanya, karena manusia memiliki Tri Permana,” ucap mantan Ketua Komisi III DPR RI itu.

Mengenai konsep reinkarnasi yang dikatakan Desak Made di mana ia sama sekali tidak mempercayai, GPS menganalogikakan dengan sulur DNA. Seorang anak bisa saja DNA-nya dominan dari kakek, atau buyut. Wajar itu terjadi. Orang Bali sangat hormat leluhur, dan menempatkan leluhur di tempat spesial karena diajarkan menghormati darimana dia berasal. “Kita dilatih etika berterima kasih. Kalau hina leluhur, percayalah pasti dinistakan. Mumpung masih ada waktu, sadarlah. Kalau sudah berpindah, tidak perlu hina atau rendahkan nistakan kepercayaan sebelumnya,” katanya.

“Kalau Bali pulau setan, ibu jangan ke Bali. Yang perlu perlu ibu tahu, seluruh dunia mengagumi Bali. Raja Salman saja manambah hari liburan di Bali, tidak mungkin mencari setan. Lagi pula tidak mungkin setan bisa ciptakan karya seni, karya keindahan. Tidak mungkin setan bisa buat ukiran, tarian, atau lukisan yang dikagumi dunia. Kita ini bukan nyembah setan, tapi mengatur agar berada di tempatnya, tidak sampai masuk ke jiwa manusia. Jadi marilah kita jaga keutuhan banga bangsa ini, tidak usah rendahkan asal-usul, setinggi apapun pangkatnya, sebenarnya dia adalah rendah karena dia tidak tahu masa lalu. Jangan leluhur ibu direndahkan, jangan tempat ibu yang sebelumnya ibu nistakan,” ucap GPS, menandaskan.  (LE-JK)


Posting Komentar

0 Komentar